A. KONSEP DASAR MEDIS
1. Pengertian
a. DHF
(Dengue Hemorragic Fever) adalah
penyakit demam akut yang disebabkan oleh empat serotipe virus dengue dan
ditandai dengan empat gejala klinis utama yaitu demam tinggi, manifestasi
perdarahan, hepatomegali dan tanda kegagalan sirkulasi sampai timbul renjatan
(sindrom renjatan dengue) sebagai akibat dari kebocoran plasma yang dapat
menyebabkan kematian.
(Soegeng Soegijanto, 2002)
b. DHF
(Dengue Haemorragic Fever) adalah
merupakan penyakit anak yang disebabkan oleh virus dengue yang termasuk
golongan arbovirus melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty betina.(A.Aziz alimul
hidayat,2005).
c. DHF (Dengue Haemorragic Fever) atau demam
berdarah dengue (DBD) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue
dan ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegipty.
(DR. Nursalam, 2005)
d. Demam
Berdarah Dengue (DBD) ialah penyakit
yang terdapat pada anak dan dewasa dengan gejala utama demam, nyeri otot dan
sendi dan biasanya memburuk setelah 2 hari pertama. (Arif Mansjoer, 2000).
e. Penyakit demam berdarah dengue adalah penyakit
yang disebabkan oleh virus dengue I, II, III, dan IV yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegepti dan Aedes albopictus. (Soegeng Soegijanto, 2002)
2. Fisiologi Sistem Hematologi
Darah adalah suatu jaringan tubuh yang terdapat
didalam pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 didalamnya.
Darah yang banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Adanya
oksigen dalam darah diambil dengan jalan bernafas, dan zat ini berguna pada
peristiwa pembakaran/metabolisme didalam tubuh.
( Syarifuddin, 2006).
Darah terdiri dari elemen-elemen dan plasma
dalam jumlah setara. Elemen-elemen yang tersebut adalah sel darah merah
(eritrosit), sel darah putih (leukosit), dan keping darah (trombosit).
(Elizabeth J. Corwin, 2001)
FUNGSI DARAH
Fungsi darah terdiri atas :
1) Sebagai alat pengangkut yaitu :
a) Mengambil oksigen/zat pembakaran dari paru-paru untuk diedarkan
keseluruh jaringan tubuh.
b) Mengangkut karbon dioksida
dari jaringan untuk dikeluarkan melalui paru-paru.
c) Mengambil zat-zat makanan
dari usus untuk diedarkan dan dibagikan keseluruh jaringan/otot tubuh.
d) Mengangkat/mengeluarkan
zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh untuk dikeluarkan melalui kulit dan
ginjal.
2) Sebagai pertahanan tubuh
terhadap serangan penyakit dan racun dalam tubuh dengan perantasan leukosit dan
antibodi/zat-zat anti racun.
3) Menyebarkan panas keseluruh tubuh.
BAGIAN-BAGIAN DARAH
Jika darah dilihat begitu saja maka ia merupakan
zat cair yang warnanya merah, tetapi apabila dilihat dibawah mikroskop maka
nyatakah bahwa dalam darah terdapat benda-benda kecil bundar yang disebut
sel-sel darah, sedang cairan berwarna kekuning-kuningan disebut plasma.
Jadi nyatalah bahwa darah terdiri dari dua
bagian yaitu :
1) Sel-sel darah
a) Eritrosit (sel darah merah)
b) Leukosit (sel darah putih)
c) Trombosit (sel pembeku darah)
2) Plasma darah
a) Air : 91%
b) Protein : 3%
(albumin, globulin, protrombin dan fibrinogen)
c) Mineral : 0,9%
(natrium klorida, natrium bikarbonat, garam fosfat, magnesium), kalsium, dan
zat besi).
d) Bahan organik : 0,1%
(glukosa, lemak, asam urat, kreatinin, kolesterol, dan asam amino).
Eritrosit 9sel darah merah) kalau kita periksa
dan lihat dibawah miskroskop maka nyatalah bahwa eritrosit dapat diterangkan
sebagai berikut : Bentuknya seperti cakram/bikonkaf dan tidak mempunyai inti,
ukuran diam eter kira-kira 7,7 unit (0,007 mm) tidak dapat bergerak. Banyaknya
kira-kira 5 juta dalam 1 mm3 (4½ juta) warna kuning
kemerah-merahan, karean didalam mengandung zat yang disebut hemoglobin, warna
ini akan bertambah merah jika didalamnya banyak mengandung oksigen, fungsinya
mengikat O2 dari paru-paru untuk diedarkan keseluruh jaringan
tubuh dan mengikat karbon dioksida (CO2) dari jaringan tubuh untuk
dikeluarkan melalui paru-paru.
Leukosit (sel darah putih), bentuk dan sifat
leukosit berlainan dengan eritrosit apabila kita lihat dibawah mikroskop maka
akan terlihat bentuknya yang dapat berubah-ubah dan dapat bergerak dengan
perantara kaki palsu (pseudopodia) mempunyai bermacam-macam inti sel sehingga
ia dapat dibedakan menurut inti selnya, warnanya bening (tidak berwarna,
banyaknya dalam 1 mm3 darah kira-kira 6.000 – 9.000. Funsginya
: sebagai serdadu tubuh yaitu membunuh dan memakan bibit penyakit/bakteri yang
masuk kedalam jaringan RES (sistem retikuloendotelial) tempat pembiakannya di
dalam limpe dan kelenjar limpe ; sebagai pengakut yaitu mengangkut/membawa zat
lemak dari dinding usus melalui limpe terus kepembuluh darah. Sel leukosit
disamping beredar dipembuluh darah juga terdapat diseluruh jaringan tubuh
manusia. Pada kebanyakan penyakit disebabkan oleh masuknya kuman/infeksi maka
jumlah leukosit yang ada didalam daerah akan lebih banyak dari biasanya. Hal ini
disebabkan sel leukosit yang biasanya tinggal didalam kelenjar limpe, sekarang
beredar didalam darah untuk mempertahankan tubuh dari serangan penyakit
tersebut jika jumlah leukosit dalam darah melebihi 10.000/mm3 disebut
leukostosis dan kurang dari 6.000/mm3 disebut leukopenia.
Macam-macam leukosit, meliputi :
a) Agranulosit
(1) Limfosit
(2) Monosit
b) Granulosit
(1) Neutrofil atau
polimorfonukleat leukosit
(2) Basofil
(3) Eusonofil
Trombosit (sel pembeku) merupakan benda-benda
kecil yang mati yang bentuk dan ukurannya bermacam-macam, ada yang bulat ada
yang lonjong, warnanya putih, normal pada orang dewasa 200.000
– 300.000/mm3, fungsinya memegang peranan penting dalam pembekuan
darah. Jika banyak kurang dari normal, maka kalau ada luka darah tidak cepat
membeku sehingga timbul perdarahan terus menerus. Trombosit lebih dari 300.000
disebut trombositosis. Tetapi jika kurang dari 200.000 disebut trombositopenia.
Didalam plasma darah terdapat suatu zat yang turut membantu terjadinya
peristiwa pembekuan darah, yaitu Ca2t dan fibrinogen. Fbrinogen
mulai bekerja apabila tubuh mendapat luka.
Plasma darah merupakan bagian cairan darah yang
membentuk sekitar 5% dari berat badan, merupakan media sirkulasi elemen-elemen
darah yang membentuk sel darah merah, sel darah putih dan sel pembeku darah
juga sebagai media transportasi bahan organik dan anorganik dan suatu organ
atau jaringan. Hampir 90% dari plasma terdiri dari air, disamping itu terdapat
pula zat-zat yang larut didalamnya. Untuk mendapatkan plasma darah jika harus
mencampurkan dulu sedikit sitras natrikus kedalam darahm, supaya darah tidak
membeku sesudah itu dipasang suatu alat dan dibiarkan beberapa lama, maka akan
kelihatan beberapa sel-sel darah turun atau mengendap dan bagian diatasnya tinggal
cairan bening yaitu plasma darah yang didalamnya terdapat serum darah.
Kalau darah yang keluar dari tubuh kita
dibiarkan membeku maka bagian bawah bekuan tadi terdapat cairan yang juga
warnanya bening, yang disebut serum darah. Jadi serum merupakan plasma tanpa
fibrinogen yang didapat dengan membekukan darah.
Zat-zat dalam plasma darah
:
a) Fibrinogen yang berguna
dalam peristiwa pembekuan darah.
b) Garam-garam mineral
(kalsium, kalium, natrium dan lain-lain) yang berguna dalam metabolisme dan
juga mengadakan osmotik.
c) Protein darah (albumin,
globulin) meningkatkan viskositas darah dan juga menimbulkan tekanan osmotik
untuk memelihara keseimbangan cairan dalam tubuh.
d) Zat makanan (asam amino,
glukosa, lemak, mineral dan vitamin).
e) Hormon yaitu : suatu zat
yang dihasilkan dan kelenjar tubuh.
f) Antibodi/antitoksin.
Darah terdiri dari plasma darah dan sel-sel
darah, plasma darah sebagian besar terdiri dari air dan zat-zat yang larut
didalamnya (misalnya zat makanan, hormon, antibodi dan lain-lain) sel-sel
leukosit merupakan pertahanan tubuh terhadap serangan penyakit.
( Syarifuddin,
2006)
3. Etiologi
Penyebab demam berdarah dengue (DBD) atau dengue
haemorragic fever (DHF) adalah virus dengue. Di Indonesia virus tersebut saat
ini telah diisolasi menjadi 4 serompe virus dengue yang termasuk dalam grup B.
Dari arthopedi borne virus (arbovirus) yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, DEN-4. Ternyata DEN-2 dan DEN-3
merupakan serotipe yang menjadi penyebab terbanyak. Di Thailand dilaporkan
bahwa serotipe DEN-2 adalah dominan sementara di Indonesia yang terutama
deominan adalah DEN-3 tapi akhir-akhir ini adalah kecenderungan dominan DEN-2.
( Nursalam, 2005)
4. Patofisiologi
Hal pertama yang terjadi setelah virus masuk
kedalam tubuh penderita adalah viremia yang mengakibatkan penderita mengalami
demam, sakit kepala, mual, nyeri otot, pegal-pegal diseluruh tubuh, ruam atau
bintik-bintik merah pada kulit), hiperemi tenggorokan dan hal lain yang mungkin
terjadi seperti pembesaran kelenjar getah bening, pembesaran
hati (hepatomegali) dan pembesaran limpa (splenomegali). Peningkatan
dinding kapiler mengakibatkan berkurangnya volume plasma, terjadi hipotensi,
hemokonsentrasi dan hipoproteinemia serta efusi dan renjatan (Syok).
Hemokontrasi (peningkatan hematokrit 32%)
menunjukkan atau menggambarkan adanya kebocoran (perembesan) plasma (plasma
leakage) sehingga nilai hematokrit menjadi penting untuk patokan pemberian
cairan intravena. Oleh karena itu ada penderita Demam Berdarah Dengue (DHF)
sangat dianjurkan untuk memantau hematokrit darah berkala untuk mengetahui
berapa persen hemokonsentrasi yang terjadi.
Setelah pemberian cairan intravena, peningkatan
jumlah trombosit menunjukkan kebocoran plasma telah teratasi sehingga pemberian
cairan intravena harus dikurangi kecepatan dan jumlahnya untuk mencegah
terjadinya edema paru dan gagal jantung. Sebaliknya jika tidak mendapat cairan
yang cukup, penderita akan mengalami kekurangan cairan yang dapat mengakibatkan
kondisi yang buruk bahkan bisa mengalami renjatan.
Jika renjatan atau hipovolemik berlangsung lama
akan timbul anoksia jaringan, metabolik asidosis dan kematian apabila tidak
segera diatasi dengan baik. (Christantie Effendy,1995).
5. Manifestasi Klinik
Bentuk ringan demam dengue menyerang semua
golongan umur dan bermanivestasi lebih berat pada orang dewasa. Demam dengue
pada bayi dan anak berupa demam ringan yang disertai dengan timbulnya ruam
makulopapular. Pada anak besar dan dewasa, penyakit ini dikenal dengan sindrom
triase dengue yang berupa demam tinggi dan mendadak yang dapat mencapai 40°C atau lebih dan terkadang disertai dengan kejang demam, sakit
kepala, anoreksia, muntah-muntah (vomiting), epigastrik discomfort, nyeri perut
kanan atas atau seluruh bagian perut dan perdarahan, terutama perdarahan kulit,
walaupun hanya berupa uji tourniguet positif. Selain itu, perdarahan kulit
dapat berwujud memar atau juga berupa perdarahan spontan mulai dari petechiae
(muncul pada hari-hari pertama demam dan berlangsung selama 3-6 hari) pada
ekstremitas, tubuh, dan muka, sampai epistaksis dan perdarahan gusi, sementara
perdarahan gastrointestinal masih lebih jarang terjadi dan biasanya terjadi
pada kasus syok yang berkepanjangan. Pada masa konvalesens seringkali ditemukan
eritema pada telapak tangan dan kaki dan hepatomegali. Nyeri tekan sering kali
ditemukan tanpa ikterus maupun kegagalan peredaran darah.
Patokan World Health Organization (WHO, 1975)
untuk menegaskan diagnosa Dengue Haemorragic Fever (DHF) adalah sebagai berikut
:
a. Demam tinggi mendadak dan terus-menerus selama
2-7 hari.
b. Manifestasi perdarahan, termasuk paling tidak uji tourniguet
positif dan bentuk lain perdarahan/perdarahan spontan (Patechia, purpura,
ekimosis, epistaksis, perdarahan gusi) dan hematemesis melena.
c. Pembesaran hati.
d. Syok yang ditandai dengan nadi lemah dan cepat disertai dengan
tekanan nadi yang menurun (20 mmHg atau kurang) tekanan darah yang menurun
(tekanan sistolik menurun sampai 80 mmHg atau kurang) dan kulit yang teraba
dingin dan lembab, terutama pada ujung hidung, jari dan kaki penderita gelisah
serta timbul sianosis disekitar mulut.
( Nursalam, 2005).
6. Klasifikasi Dengue Haemorragic Fever (DHF)
Dengue Haemorragic Fever (DHF) diklasifikasikan
menjadi 4 kategori penderita menurut derajat beratnya sebagai berikut :
Derajat
I : Adanya
demam tanpa perdarahan spontan, manifestasi perdarahan hanya berupa touniket
tes yang positif.
Derajat
II : Gejala demam
diikuti dengan perdarahan spontan, biasanya berupa perdarahan dibawah kulit dan
atau berupa perdarahan lainnya.
Derajat
III : Adanya kegagalan
sirkulasi berupa nadi yang cepat dan lemah penyempitan tekanan nadi (< 20
mmHg) atau hipotensi dengan disertai akral yang dingin dan gelisah.
Derajat
IV : Adanya syok yang berat
dengan nadi tak teraba dan tekanan darah yang tidak terukur.
( Soegeng Soegijanto, 2005)
7. Test Diagnostik
Pemeriksaan darah rutin dilakukan untuk
menskrining penderita demam dengue adalah melalui uji rumpel leede, pemeriksaan
kadar hemoglobin, kadar hematokrit dan hapus darah tepi untuk melihat adanya
limpositosis relatif disertai gambar limfosit plasma biru. Diagnosis pasti
didapatkan dari hasil isolasi virus dengue (metode cell culture) atau pun
deteksi antigen virus RNA dengue dengan teknik RT-PCR (Reverse Transcriptosi
Polymerase Chain Reachon). Namun ketika teknik yang rumit yang berkembang saat
ini adalah uji serologi (adanya antibodi spesifik terhadap antibodi total, IgM
maupun IgG).
Pemeriksaan serologi ditujukan untuk deteksi antibodi
spesifik terhadap virus dengue. Pemeriksaan yang banyak digunakan adalah berupa
uji HI (Haemoglobin Inhibition test : uji hambatan hemaglutinasi) yang
merupakan standar WHO, kemudian uji indirect ELica, uji captured Elisa untuk
dengue baik IgM captured-Elisa (MAC-ELISA) maupun IgG captured-ELISA. dnegue
blot/dengue stick/dot imunosial dengue dan uji SCT (immuno-enromotographie
test) antara lain dengue rapid test, sedangkan uji fiksasi komplemen dan uji
netralisasi sudah lama ditinggalkan karena rumit dan tidak praktis.
Uji HI yang merupakan uji serologis yang
dianjurkan menurut standar WHO, dapat mendeteksi antibody anti-dengue, dimana
infeksi virus dengue akut ditandai dengan terdapatnya peningkatan titer empat
kali atau lebih antara sepasang sera yaitu serum akut dan serum konvalesens,
disamping itu 1 : 2.560 menunjukkan interpretasi infeksi flovivirus skondes.
(Soegeng Soegianto, 2006).
8. Penatalaksanaan Medik
Berdasarkan kenyataan dimasyarakat
penatalaksanaan kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) dibagi sebagai berikut :
a. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DBD) yang
diperkenakan berobat jalan
Bila penderita mengeluh panas, tetapi keinginan
makan dan minum masih baik. Untuk mengatasi panas tinggi yang mendadak
diperkenankan memberi obat panas paracetamol 10-15 mg/kg BB setiap 3-4 jam
diulang jika gejala panas masih nyata diatas 38,5°C. Obat panas salisilat
tidak dianjurkan karena mempunyai resiko terjadinya penyulit perdarahan dan
asidosis. Sebagian besar kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang berobat
jalan ini adalah kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) yang menunjukkan
manifestasi panas hari pertama dan hari kedua tanpa menunjukkan penyulit
lainnya.
Apabila penderita Dengue Haemorragic Fever (DHF)
ini menunjukkan manifestasi penyulit hipertermi dan konvalesens sebaiknya kasus
ini dianjurkan untuk dirawat inap.
b. Kasus Dengue Haemorragic Fever (DHF) derajat I dan II
Pada hari ke 3, 4, dan 5 panas dianjurkan rawat
inap karena penderita ini mempunyai resiko terjadinya syok. Untuk mengantisipasi
kejadian tetesan berdasarkan tatanan 7,5%. Pada saat fase panas penderita
dianjurkan banyak minum air buah atau oralit yang biasa dipakai untuk mengatasi
diare. Apabila hematokrit meningkat lebih dari 20% dan harga normal merupakan
indikator adanya kebocoran plasma dan sebaiknya penderita dirawat diruang
observasi dipusat rehidrasi selama kurun waktu 12-14 jam.
c. Penatalaksanaan Dengue Haemorragic Fever (DHF)
derajat III , IV
“Dengue Shock Syndrome” (sindrome renjatan
dengue) termasuk kasus kegawatan yang membutuhkan penanganan secara cepat dan
perlu memperoleh cairan pengganti secara tepat. Biasanya dijumpai kelainan asam
basa dan elektrolit (hiponatremi). dalam hal ini perlu dipikirkan kemungkinan
dapat terjadi DIC. Terkumpulnya asam dalam darah mendorong terjadinya DIC yang
dapat menyebabkan terjadinya perdarahan hebat dan renjatan yang sukar diatasi.
Penggantian secara cepat plasma yang hilang
digunakan larutan garam isotonik (ringer laktat, 5% dekstrose, larutan ringer
asetat dan larutan normal garam faali) dengan jumlah 10-20 ml/kg/1 jam.
d. Obat penenang
Pada beberapa kasus obat penenang dibutuhkan
terutama pada kasus yang sangat gelisah. Obat yang hipatoksik sebaiknya
dihindari, chloral hidrat oral atau rektal dianjurkan dengan dosis 12,5-50
mm/kg (tetapi jangan lebih 1 jam) digunakan sebagai satu macam obat hipnotik.
e. Terapi oksigen
f. Transfusi darah.
g. Kelainan ginjal
Dalam keadaan syok, harus yakin benar bahwa
penggantian volume intravaskuler telah benar-benar terpenuhi dengan baik.
Apabila diuresis belum mencukup 2 ml/kg BB/jam sedangkan cairan yang diberikan
sudah sesuai kebutuhan, maka selanjutnya furosemid 1 mg/BB dapat diberikan
pemantauan tetap dilakukan untuk jumlah diuresis, kadar ureum dan kreatinin.
Tetapi apabila diuresis tetap belum mencukupi, pada umumnya syok juga belum
dapat dikoreksi dengan baik maka pemasangan Centrol Venous Pressure (CVP) perlu
dilakukan untuk pedoman pemberian cairan selanjutnya.
h. Monitoring
Tanda vital dan kadar hematokrit harus dimonitor
dan dievaluasi secara teratur untuk menilai hasil pengobatan.
i. Kriteria memulangkan pasien
Pasien dapat dipulangkan apabila :
1) Tidak demam selama 24
jam tanpa antipiretik.
2) Nafsu makan membaik.
3) Tampak perbaikan secara klinis.
4) Hematokrit stabil.
5) Tiga hari setelah syok
teratasi.
6) Jumlah trombosit 200.000-300.000 /mm3
7) Tidak disertai distress pernapasan.
8) Ruang khusus darurat penderita Dengue
Haemorragic Fever (DHF)
(Soegijanto Soegeng.2002)
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Pengumpulan Data
1. Biodata
Biodata terdiri dari identitas klien, orang tua
dan saudara kandung. Identitas klien meliputi : nama, usia, jenis kelamin,
pendidikan, agama, tanggal masuk rumah sakit, tanggal pengkajian, nomor
register dan diagnosa medik. Identitas orang tua meliputi : alamat, usia,
jenis kelamin, pendidikan agama, pekerjaan, alamat. Sedangkan identitas saudara kandung meliputi
nama dan usia.
2. Keluhan utama
Keluhan utama meliputi alasan klien di bawah ke
rumah sakit seperti demam, nyeri otot, mual,muntah, nyeri kepala, perut dan
sendi disertai perdarahan.
3. Riwayat kesehatan
a. Riwayat kesehatan sekarang
Klien menderita nyeri
kepala, nyeri perut disertai mual dan muntah.
b. Riwayat kesehatan masa lalu
Penyakit yang pernah dialami klien seperti
demam, tidak ada riwayat alergi, tidak ada ketergantungan terhadap makanan/
minuman dan obat-obatan.
c. Riwayat kesehatan keluarga
Apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit yang sama dengan klien.
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi meliputi kelengkapan imunisasi
seperti BCG, DPT, Polio, Campak dan Hepatitis.
5. Riwayat tumbuh kembang meliputi :
a.
Pertumbuhan fisik terdiri dari:
Ø Berat badan
BBL :
2500 gr – 4000 gr
3 -
12
bulan : umur
(bulan) + 9
2
1 -
6
tahun :
umur (tahun) x 2 + 8
Ø Tinggi Badan
Tinggi
badan lahir : 50 cm
Umur 1
tahun :
75 cm
1
tahun :
1,5 x TB lahir
4
tahun :
2 x TB lahir
6
tahun :
1,5 x TB setahun
9
tahun :
2,1 x TB lahir
b. Perkembangan tiap tahap
usia
Ø Berguling :
3-6 bulan
Ø Duduk :
6-9 bulan
Ø Merangkak :
9-10 bulan
Ø Berdiri :
9-12 bulan
Ø Jalan :
12-18 bulan
Ø Senyum pertama kali dengan
orang lain : 2-3 bulan
Ø Bicara :
2-3 tahun
Ø Berpakaian tanpa
dibantu : 3-4 tahun
6. Riwayat nutrisi meliputi :
a. Pemberian ASI pertama kali disusui, lama pemberian, waktu dan cara
pemberian.
b. Pemberian susu formula
terdiri dari alasan pemberian, jumlah pemberian.
c. Pemberian makanan tambahan
terdiri atas usia pertama kali diberikan jenis dan cara pemberian.
d. Pola perubahan nutrisi tiap
tahap usia sampai nutris saat : usia 0 – 6 bulan, 6 – 12 bulan dan saat ini.
7. Riwayat psikososial
Bagaimana kehidupan sosial dan lingkungannya,
apakah keadaan tempat tinggalnya memenuhi syarat kesehatan.
8. Riwayat spiritual
Apakah anggota keluarga rajin beribadah dan
sering mengikuti kegiatan keagamaan.
9. Reaksi hospitalisasi
a. Reaksi orang tua terhadap hospitalisasi
Ø Stress
Ø Kecemasan meningkat:
kurang informasi tentang prosedur dan pengobatan anak serta dampaknya terhadap
masa depan anak.
Ø Takut dan cemas : seriusnya
penyakit dan tipe dari prosedur medis.
b. Reaksi anak terhadap hospitalisasi
Ø Perpisahan : berpisah
dengan teman sebaya.
Ø Kehilangan kontrol
: -
Kelemahan fisik
- Takut mati
Ø Reaksi perlukaan dan rasa
sakit :
· Mengkomunikasikan tentang rasa sakit.
· Mampu mengontrol rasa sakit
(gigit bibir dan menggenggan).
10. Aktivitas sehari-hari
b. Nutrisi terdiri dari
frekuensi makan, waktu makan, makanan yang dikonsumsi, porsi makan, makanan
yang disukai, nafsu makan. Jumlah yang dapat dihabiskan dan cara makan klien
sebelum sakit dan saat sakit.
c. Istirahat, tidur terdiri
dari waktu tidur malam dan siang, apakah mudah terbangun, kesulitan tidur,
bagaimana pola tidur, ada perubahan atau tidak sebelum sakit dan saat sakit.
d. Personal hygiene terdiri
dari mandi, sikat gigi, kebersihan kuku, genetalia, dan penampilan umum klien
sebelum sakit dan saat sakit.
11. Pemeriksaan fisik Head
To to
a. Keadaan umum : klien baik atau tidak.
b. Tanda-tanda vital
- Tekanan darah menurun > 80 mmHg
- Nadi cepat dan lemah > 100x/menit
- Suhu meningkat sampai 38°C
- Pernafasan meningkat > 40x/menit
c. Antropometri :
LLA : 14cm
LK : 40
cm
LD : 54
cm
LP : 52
cm
d. Sistem pernafasan
Tidak terdapat batuk, pernafasan cuping hidung,
batuk dada normal (Normal Chest), tidak ada retraksi, dan tidak ada suara nafas
tambahan.
e. Sistem kardiovaskuler
Konjungtiva tidak anemis, bibir pucat dan
kering, arteri karotis tidak teraba, vena jugularis tidak tampak, tidak ada
pembesaran jantung, suara jantung S1, S2 kesan murni.
f. Sistem
pencernaan
Bibir kering sering merasa
mual dan muntah terdapat nyeri tekan pada daerah epigastrium.
g. Sistem indera
1. Mata : kelopak mata, lapang
pandang dan visus baik.
2. Hidung : penciuman baik,
tidak ada secret dan tidak terdapat perdarahan pada hidung.
3. Telinga : membran timpani
baik fungsi pendengaran baik.
h. Sistem neurosensorik
Berdasarkan tingkat grade Dengue Haemorragic
Fever (DHF) I,II: kesadaran kompos mentis, Dengue Haemorragic Fever (DHF) III
:kesedaran apatis, samnolen, Dengue Haemorragic Fever (DHF) IV :kesadaran koma.
i. Sistem moskuloskeletal
Akral dingin,serta terjadi
nyeri otot,serta tulang.
j. Sistem integumen
1. Adanya petechia pada kulit,
turgir kulit menurun, dan muncul keringat dingin, dan lembab.
2. Kuku sianosis/tidak
3. Kepala dan leher
Kepala terasa nyeri, muka tampak kemerahan
karena demam, mata anemia, hidung kadang mengalami perdarahan (epistaksis),
pada grade II, III, IV mulut di dapatkan bahwa mukosa mulut kering, terjadi
perdarahan gusi,dan nyeri tekan. Sementara tenggorokan mengalamin hiperemi
pharing dan terjadi perdarahan telinga.
k. Sistem endokrin
Pembesaran kelenjar tiroid dan limpa tidak ada.
l. Sistem perkemihan
Odema palpebra tidak ada,
distensi kandung kemih tidak ada.
m. Sistem
reproduksi
Keadaan labia minora dan
mayora bersih dan tidak ada bau serta pertumbuhan dada belum ada dan perubahan
suara.
n. Sistem immune
Tidak ada alergi terhadap cuaca, bulu binatang
dan zat kimia.
o. Pemeriksaan tingkat perkembangan
Dengan
menggunakan DDST 0-6 tahun meliputi :
- Motorik kasar,
aspek yang berhubungan dengan
pergerakan dan sikap tubuh.
- Motorik halus,
aspek yang berhubungan dengan kemampuan anak untuk mengamati sesuatu, melakukan
gerakan yang melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu dan dilakukan otot-otot
kecil, tetapi memiliki koordinasi yang cermat.
- Bahasa, kemampuan untuk
memberikan respon terhadap suara, mengikuti perintah dan berbicara spontan.
- Personal sosial, aspek
yang berhubungan dengan kemampuan mandiri, bersosialisasi dan berinteraksi
dengan lingkungannya
2. Diagnosa Keperawatan
Adapun diagnosa keperawatan yang sering dijumpai
pada pasien dengan Dengue Hemorhagic Fever
a. Peningkatan suhu tubuh
(hipertermi) berhubungan dengan infeksi virus dengue.
b. Deficit volume cairan tubuh
berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output cairan.
c. Nutrisi kurang dari
kebutuhan berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
d. Resiko tinggi terjadinya
syok hipovolemik berhubungan dengan perdarahan hebat, penurunan tekanan
osmotik.
e. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik
f. Resiko terjadinya
perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan trombositopenia.
g. Kecemasan orang
tua/keluarga berhubungan dengan kurangnya pengetahuan, dan kurang informasi.
( sumber : perawatan pasien DHF,
Christiantie efendy )
3. Rencana Keperawatan
a. Peningkatan suhu tubuh (hipertermi)
berhubungan dengan infeksi virus dengue.
Tujuan keperawatan :
Peningkatan suhu tubuh
dapat teratasi, dengan criteria :
- Suhu tubuh normal (35° C- 37,5° C)
- Pasien bebas dari demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji saat timbulnya demam.
2. Observasi
tanda-tanda vital tiap 3 jam.
3. Beri kompres hangat pada
dahi.
4. Beri banyak minum ( ±
1-1,5 liter/hari) sedikit tapi sering
5. Ganti pakaian klien dengan bahan tipis
menyerap keringat.
6. Beri penjelasan pada
keluarga klien tentang penyebab meningkatnya suhu tubuh.
7. Kolaborasi pemberian obat anti piretik.
|
1. Untuk
mengidentifikasi pola demam pasien.
2. Tanda-tanda vital merupakan acuan untuk mengetahui keadaan umum pasien.
3. Kompres hangat dapat mengembalikan suhu normal memperlancar
sirkulasi.
4. Mengurangi panas secara konveksi (panas terbuang bersama urine
dan keringat sekaligus mengganti cairan tubuh karena penguapan).
5. Pakaian yang tipis menyerap keringat dan membantu mengurangi
penguapan tubuh akibat dari peningkatan suhu dan dapat terjadi konduksi.
6. Penjelasan yang diberikan pada keluarga klien
bisa mengerti dan kooperatif dalam memberikan tindakan keperawatan.
7. Dapat menurunkan demam
|
b. Defisit Volume cairan dan elektrolit berhubungan dengan (defisit
volume cairan) tubuh berhubungan dengan ketidakseimbangan input dan output
cairan.
Tujuan intervensi :
Volume cairan tubuh seimbang, dengan criteria :
- Turgor kulit baik
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-tanda vital.
2. Kaji input dan output cairan.
3. Observasi adanya tanda-tanda syok.
4. Anjurkan klien untuk banyak minum.
5. Kolaborasi dengan dokter
dalam pemberian cairan I.V.
|
1. Mengetahui dengan cepat
penyimpangan dari keadaan normalnya.
2. Mengetahui balance cairan
dan elektrolit dalam tubuh/homeostatis.
3. Agar dapat segera
dilakukan tindakan jika terjadi syok.
4. Asupan cairan sangat
diperlukan untuk menambah volume cairan tubuh.
5. Pemberian cairan I.V
sangat penting bagi klien yang mengalami deficit volume cairan untuk memenuhi
kebutuhan cairan klien.
|
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan
berhubungan dengan mual, muntah, anoreksia.
Tujuan intervensi :
Kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, dengan
criteria :
- Porsi makan yang disajikan dihabiskan.
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji keadaan umum klien
2. Beri makanan sesuai
kebutuhan tubuh klien.
3. Anjurkan orang tua klien
untuk memberi makanan sedikit tapi sering.
4. Anjurkan orang tua klien
memberi makanan TKTP dalam bentuk lunak
5. Timbang berat badan klien
tiap hari.
6. Kolaborasi pemberian obat reborantia.
|
1. Memudahkan untuk intervensi selanjutnya
2. Merangsang nafsu makan klien sehingga klien mau makan.
3. Makanan dalam porsi kecil
tapi sering memudahkan organ pencernaan dalam metabolisme.
4. Makanan dengan komposisi TKTP berfungsi membantu mempercepat
proses penyembuhan.
5. Berat badan merupakan
salah satu indicator pemenuhan nutrisi berhasil.
6. Menambah nafsu makan
|
d. Resiko tinggi terjadinya syok hipovolemik berhubungan dengan
perdarahan hebat, penurunan tekanan osmotic.
Tujuan :
Tidak terjadi syok hipovolemik, dengan criteria
:
- Keadaan umum membaik
- Tanda-tanda vital dalam
batas normal
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Monitor keadaan umum klien
2. Observasi tanda-tanda vital
3. Monitor tanda-tanda perdarahan
4. Anjurkan pada pasien/ keluarga untuk segera melapor jika ada
tanda-tanda perdarahan.
5. Cek hemoglobin, hematokrit, trombosit
|
1. Memantau kondisi klien selama masa perawatan terutama saat
terjadi perdarahan sehingga tanda pra syok, syok dapat ditangani.
2. Tanda vital dalam batas normal menandakan keadaan umum klien
baik
3. Perdarahan yang cepat diketahui dapat teratasi sehingga klien
tidak sampai pada tahap syok hipovolemik akibat perdarahan yang hebat.
4. Keterlibatan keluarga untuk segera melaporkan jika terjadi
perdarahan terhadap pasien sangat membantu tim perawatan untuk segera
melakukan tindakan yang tepat.
5. Untuk mengetahui tingkat kebocoran pembuluh darah yang dialami
klien dan untuk acuan melakukan tindak lanjut terhadap perdarahan.
|
e. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik
Tujuan :
Klien mampu melakukan
aktivitas sehari-hari, dengan criteria :
- Kebutuhan aktivitas sehari-hari terpenuhi.
- Klien mampu mandiri setelah bebas demam
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji hal-hal yang mampu dilakukan klien.
2. Bantu klien memenuhi kebutuhan aktivitasnya sesuai dengan
tingkat keterbatasan klien.
3. Beri penjelasan tentang hal-hal yang dapat membantu dan
meningkatkan kekuatan fisik klien.
4. Libatkan keluarga dalam pemenuhan ADL klien
5. Jelaskan pada keluarga dan klien tentang pentingnya bedrest
ditempat tidur.
|
1. Mengetahui tingkat ketergantungan klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
2. Bantuan sangat diperlukan klien pada saat kondisinya lemah dalam
pemenuhan kebutuhan sehari-hari tanpa mengalami ketergantungan pada orang
lain.
3. Dengan penjelasan, pasien termotivasi untuk kooperatif selama
perawatan terutama terhadap tindakan yang dapat meningkatkan kekuatan
fisiknya.
4. Keluarga merupakan orang terdekat dengan klien
5. Untuk mencegah terjadinya keadaan yang lebih parah
|
f. Resiko terjadinya perdarahan lebih lanjut berhubungan dengan
trombositopenia.
Tujuan :
Tidak terjadi perdarahan intra abdominal, dengan
criteria :
- Tidak terjadi tanda-tanda perdarahan
- Jumlah trombosit meningkat
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Monitor tanda-tanda penurunan
trombosit yang disertai tanda-tanda klinis.
2. Beri penjelasan tentang pengaruh trombositopenia (pada keluarga.
3. Monitor jumlah trombosit
setiap hari.
4. Anjurkan klien untuk banyak istirahat.
5. Beri penjelasan pada pasien/ keluarga untuk
segera melapor jika ada tanda-tanda perdarahan lebih lanjut seperti:
hematemesis, melena, epistaksis.
|
1. Penurunan jumlah trombosit merupakan tanda-tanda adanya
kebocoran pembuluh darah yang dapat menimbulkan tanda klinis berupa perdarahan
nyata, seperti epistaksis, petechiae.
2. Agar pasien/ keluarga mengetahui hal-hal yang mungkin terjadi
pada pasien dan dapat membantu mengantisipasi terjadinya perdarahan karena
trombositopenia
3. Dengan jumlah trombosit yang dipantau setiap hari dapat
diketahui tingkat kebocoran pembuluh darah dan kemungkinan perdarahan yang
dialami oleh klien
4. Aktivitas klien yang
tidak terkontrol dapat menyebabkan terjadinya perdarahan.
5. Keterlibatan keluarga
dengan segera melaporkan terjadinya perdarahan (nyata) akan membantu pasien
mendapatkan penanganan sedini mungkin.
|
g. Kecemasan keluarga
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan dan kurang informasi.
Tujuan :
Kecemasan keluarga
teratasi, dengan criteria :
- Orang tua tidak bertanya
lagi tentang penyakit anaknya
- Ekspresi wajah ceria
Rencana intervensi :
INTERVENSI
|
RASIONAL
|
1. Kaji tingkat kecemasan orang tua
2. Jelaskan prosedur
pengobatan perawatan anaknya.
3. Beri kesempatan pada orang tua untuk bertanya tentang kondisi
anaknya.
4. Beri penjelasan tiap prosedur/ tindakan yang
akan dilakukan terhadap pasien dan manfaatnya bagi pasien
5. Beri dorongan spiritual.
|
1. Mengetahui kecemasan orang tua klien dan memudahkan menentukan
intervensi selanjutnya.
2. Untuk menambah pengetahuan dan informasi kepada klien yang dapat
mengurangi kecemasan orang tua.
3. Untuk memperoleh informasi yang lebih banyak dan meningkatkan
pengetahuan dan mengurangi stress.
4. Memberikan penjelasan tentang proses penyakit, menjelaskan
tentang kemungkinan pemberian perawatan intensif jika memang diperlukan oleh
pasien untuk mendapatkan perawatan yang lebih optimal
5. Memberi ketenangan kepada
klien dengan berserah diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.
|
C.
Implementasi
Melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan
rencana tindakan yang telah direncanakan sebelumnya.
D.
Evaluasi
Evaluasi keperawatan DHF adalah mengukur
keberhasilan dari rencana dan pelaksanaan dalam memenuhi kebutuhan pasien
penderita DHF.
Diagnosa yang akan di evaluasi diantaranya yaitu
:
a. Peningkatan suhu tubuh (Hipertermi) berhubungan dengan infeksi
virus Dengue, teratasi dengan suhu tubuh normal (36-37 oC), klien tidak demam
lagi
b. Defisit volume cairan berhubungan dengan ketidakseimbangan input
dan output cairan akan teratasi.
c. Nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan mual, anoreksia.
teratasi dengan kebutuhan nutrisi klien terpenuhi, klien mampu menghabiskan
porsi yang diberikan.
d. Intoleransi aktivitas
berhubungan dengan kelemahan fisik teratasi dengan: klien mampu beraktifitas
mandiri dan mampu memenuhi aktivtasnya sendiri.
e. Kecemasan orang
tua/keluarga berhubungan dengan kurang pengetahuan dan kurang
informasi.teratasi
f. Reaksi hospitalisasi
berhubungan dengan Lingkungan baru
dan jauh dari orang terdekat
1. Implementasi
Fase implementasi dari proses keperawatan
mengikuti rumusan dari rencana keperawatan. Implementasi mengacu pada
pelaksanaan intervensi keperawatan yang sudah disusun. Perawat memikul tanggung
jawab untuk implementasi tetapi melibatkan pasien dan keluarga serta anggota
tim keparawatan dan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kebutuhan.
2. Evaluasi
1. Tidak terjadi peningkatan
suhu tubuh dengan kriteria :
a. Suhu tubuh
normal (36 - 37◦ C).
b. Pasien bebas
dari demam.
2. Nyeri teratsi dengan kriteria :
a. Rasa nyaman terpenuhi.
b. Nyeri berkurang atau
hilang.
3. Kebutuhan nutrisi
terpenuhi dengan kriteria : Pasien mampu menghabiskan porsi makan yang
diberikan / dibutuhkan.
4. Tidak terjadi perdarahan
intra abdomen dengan kriteria :
a. Tidak ada tanda-tanda
perdarahan lebih lanjut.
b. Jumlah trombosit
meningkat.
5. Kebutuhan cairan dan
elektrolit terpenuhi dengan kriteria : klien / keluarga mengetahui tentang
proses penyakit, diet dan perawatannya.
6. Klien mengetahui tentang
proses penyakit diet dan perawatannya dengan kriteria : Klien dan keluarga
mengetahui tentang proses penyakit.
7. Klien mampu beraktifitas
dengan kriteria :
a. Kebutuhan aktifitas sehari-hari
terpenuhi.
b. Klien mampu mandiri setelah bebas dari demam.
Terima kasih telah membaca posting saya
tentang Asuhan
Keperawatan DBD, semoga bermanfaat bagi
anda. Salam
Read more: Asuhan Keperawatan DBD http://nandarnurse.blogspot.com/2013/01/asuhan-keperawatan-dbd_1194.html#ixzz2R69Zob9R
Under Creative Commons License: Attribution
Follow us: nHandar on Facebook
Tidak ada komentar:
Posting Komentar